Kota Tua di Indonesia vs Malaysia
Penang, Malaysia. (Dok : tripadvisor.co.id)
SEJUMLAH pengunjung berdoa di Kuil Ular, kemarin. Kuil yang dibangun pada 1850 ini salah satu objek wisata andalan Malaysia.
Kota tua? Apa menariknya? Kecuali bangunan tua yang kusam dan
dipenuhi burung walet atau kelelawar. Tapi, kesan itu pupus ketika
menjelajahi Kota Penang atau Pulau Pinang.
Negeri kedua Malaysia setelah Kuala Lumpur dengan jumlah penduduk
lebih dari 1,5 juta jiwa ini menawarkan beragam destinasi mulai sejarah,
kuliner, dan alam. Kota Penang diambil dari kata “Pulo Pi-naom”.
Kawasan ini sudah lama menjadi tujuan para pedagang sejak masa kolonial
Inggris. Tak sedikit di antara mereka kemudian menetap dan beranak-pinak
di kawasan yang penuh toleransi dan bersih ini.Penduduk kota ini sangat
multietnis dengan etnis terbesar China (42 persen), Melayu (41 persen),
dan India (9 persen).
Namun, mereka bisa hidup berdampingan dan harmonis. “Penang adalah
kota sejarah yang banyak dikunjungi beragam wisatawan luar negeri.
Mereka datang selain untuk bernostalgia juga mengenang para leluhurnya
yang meninggal di kota ini,” ujar Manajer Visit Indonesia Tourism
Officer, Shafie Obet. Di kota ini beragam bangunan tua bekas peninggalan
kolonial Inggris (1750) bisa dijumpai. Gedung-gedung dan rumah tua yang
dulunya kusam dan lapuk dimakan usia kini disulap menjadi sebuah kota
yang menakjubkan.
Bangunan- bangunan tua di jantung kota ini masih dipertahankan
sesuai aslinya. Sebut saja Masjid Keling Kapitan yang dibangun pada abad
ke-19, Snake Temple (Kuil Ular) yang dibangun pada 1850,Gereja St
Goerge (1817-1818), dan Benteng Fort Cornwallis. Bangunan tersebut masih
berdiri kokoh dan kini menjadi wisata sejarah yang cukup menarik.
Keberadaan bangunanbangunan tua di kota ini juga diakui UNESCO dan
menetapkannya sebagai world heritage. Destinasi wisata di kota ini
memang dikelola dengan baik oleh Pemerintah Malaysia. Tidak salah bila
kawasan ini menjadi tujuan wisata penting bagi para pelancong luar
negeri.
Berkaca dari Penang, Indonesia sebenarnya memiliki lebih banyak
destinasi yang bisa ditawarkan untuk tujuan wisata yang menarik bagi
para wisatawan asing.Berbagai upaya menggenjot kedatangan wisatawan
mancanegara (wisman) ke Indonesia terus dilakukan Kemenbudpar. Salah
satunya dengan kegiatan sales missionyang baru diadakan di
Penang,Ipoh,dan Kinabalu, Malaysia selama lima hari pada 25–30
September.
Direktur Promosi Luar Negeri Kemenbudpar Noviendi Makalam
mengatakan, daya tarik wisata di Indonesia tidak ada batasnya mulai
wisata sejarah, budaya, kuliner,dan keindahan alam. “Dibandingkan dengan
negara-negara tetangga, kita jauh lebih kaya. Tinggal bagaimana kita
mau mengemasnya dengan baik,” katanya. Menurut dia, kendala yang masih
dihadapi dalam pengembangan destinasi wisata adalah sarana infrastruktur
dan aksesibilitas transportasi yang belum menunjang di beberapa daerah.
Selain itu, lamanya pelayanan keimigrasian di bandara juga dianggap
menghambat minat kedatangan wisman di Tanah Air. “Semestinya banyak
pintu masuk yang siap menerima mereka.Kalau bicara pintu masuk kita
bicara masalah airport-nya, sarana transportasinya,” ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar