Pages

Berpacu dengan Siberian Husky dalam Selimut Salju Lapland
 
IMY FERICA / Seorang perempuan menggunakan busana tradisional Sami. Ia merupakan penjaga Siberian Huskies.

Hasrat menjelajah membawa manusia jauh dari rumah. Kadang kita suka bertanya, seberapa jauh, seberapa tinggi, seberapa dalam kita bisa mengenal dunia. Kita kerap menantang dan melewati batas, garis dan lingkaran geografis buatan manusia.
Mendaki puncak gunung tertinggi, menyelami lautan terdalam, atau seperti yang saya lakukan di akhir musim dingin lalu: melewati garis lingkar Arktik dan berada di titik terjauh yang pernah saya tempuh dari rumah di nusantara dan terdekat dengan penghujung kutub utara bumi.
Tentu menjelajahi bumi bukan sekedar angka kilometer dalam speedometer melawan jarak dan waktu. Rekor selalu bisa dibuat untuk dipecahkan, tetapi momen dalam perjalanan tak selalu bisa dibuat dan dikondisikan.
Seperti kartu liar, inilah yang menentukan kualitas suatu perjalanan dan refleksi yang ia bawa sebagai oleh-oleh bagi kehidupan kita atau anak cucu yang masih tertarik  mendengar untuk kesekian ratus kalinya.
Kalau boleh saya membuat semacam to do list dalam hidup, dengan senang hati saya mencentang “jalan-jalan ke Kutub Utara”, “bermalam di bawah pijaran aurora borealis”,  “berenang di lubang es”, “mengendarai kereta tenaga rusa kutub dan anjing Siberian Husky” serta “bertemu dengan sinterklas” dari daftar.
Tetapi memandang kembali perjalanan tersebut, yang saya ingat bukan daftar dan angka atau ukuran rekor yang harus dicetak. Melainkan mosaik sensasi bulu kuduk kaku karena dingin, warna monokrom putihnya bermil-mil hamparan salju, hitamnya malam dan hijau zamrudnya cahaya utara, serta yang terpenting, hangatnya kebersamaan berpetualang mengenal alam kutub serta budaya penduduk lokal.
Meluncur ke Pangkuan Lapland
Dari lubuk laut Raja Ampat sampai puncak Himalaya, tak ada tempat tanpa jejak manusia. Begitu juga dengan lingkar Arktik, sebuah wilayah di sekitar Kutub Utara dengan lintang koordinat imaginer 66° 33’U, telah dihuni sejak jaman pre-historik oleh kaum Sami, salah satu suku asli Arktik. Kini secara semi nomaden, mereka terkenal sebagai pengembala dan pemburu ulung rusa kutub dengan keahlian mengendarai kereta anjing Siberian Husky.
Kaum Sami identik dengan salah satu daerah terkenal di lingkar Arktik bernama Lapland. Secara kultural dan sosial politik, Lapland didaulat oleh berbagai negara Skandinavia dan Rusia sehingga kerap menjadi citra pariwisata masing-masing negara yang mengklaim di sinilah Santo Nikolas alias Sinterklas tinggal dan berasal.
Bagi Finlandia, Sinterklas berasal dari sebuah desa dekat Rovaniemi, ibu kota Lapland. Di sini berdiri desa wisata Sinterklas sehingga kita bisa merasakan suasana Natal selama musim dingin dan berjumpa serta berfoto dengan Sinterklas.
Namun Lapland menawarkan lebih dari itu. Keindahan alam subarktik yang unik dengan hamparan tundra dan hutan pinus, danau beku di musim dingin serta bukit salju dekat taman nasional menjadi pusat wisata musim dingin populer dan berbeda dari tempat lain.
Berbagai resor wisata menyediakan pondok tradisional tak jauh dari fasilitas olahraga musim dingin. Olahraga musim dingin ini seperti ski, cross country ski, snowboarding atau bersafari dengan Siberian Husky dan rusa kutub sambil mengenal kebudayaan lokal.
Selain itu, di musim panas, Lapland menjadi destinasi para pencinta alam, berkemah, dan olahraga air. Mereka datang untuk menikmati matahari musim panas yang bersinar sepanjang hari hingga lupa waktu dan alam yang hijau.
Lapland juga menjadi lokasi festival film Midnight Sun. Semacam film festival Sundance versi Finlandia yang didirikan oleh duo bersaudara Kaurismäki sutradara Finlandia terkenal.
Maret lalu, saya bersama beberapa teman bergabung dalam paket wisata pelajar ke Lapland. Perjalanan menuju Lapland dari Helsinki, tempat saya berdomisili saat ini, biasa ditempuh dengan kereta api malam yang nyaman dan hangat menembus jantung dingin Finlandia dari selatan ke utara sepanjang 800 km. Selama sekitar 12 jam tiba di Rovaniemi pada pagi hari.
Rute ini praktis digunakan untuk menghemat biaya menginap sehari di hotel dan menjadi kesempatan untuk tur sekilas Finlandia dari atas rel. Saat itu salju masih tebal menyelimuti semua tempat seolah tidak mau meleleh.
Padahal musim dingin seharusnya sudah hampir usai pada bulan Maret. Tetapi putihnya salju memang menjadi pesona tersendiri yang menarik kami semua menuju lingkar arktik.
Sampai di Rovaniemi, kantuk yang melanda langsung disetrum dengan angin pagi yang dingin dan terangnya salju yang menusuk mata. Kami bersama rombongan naik bus ke Korvala, menuju resor tradisional tempat kami akan tinggal dan beraktivitas terletak.
Dalam perjalanan, kami melewati garis batas imajiner dan masuk ke dalam lingkaran bernama Arktik. Papan selamat datang ke Lingkar Arktik tiba-tiba menghentak kesadaran bahwa kami sudah berada di dunia yang berbeda.
Kami disambut dengan pemandangan beberapa gadis berpakaian tradisional berdiri rapi dengan latar belakang deretan pondok kayu. Pondok kayu dengan cat merah beratapkan salju mengelilingi sebuah danau kecil.
Danau yang membeku dengan horizon biru cerah dan hutan pinus tebal menyelimuti resor. Saya dengan jaket ski merah super tebal, anti angin, anti air, anti dingin, nampak seperti Sinterklas dalam sebuah kartu pos dari desa natal.
Pemilik dan pengelola resor milik keluarga ini menjelaskan bagaimana usaha pariwisata ini telah digeluti dari generasi ke generasi. Usaha itu telah berjalan selama ratusan tahun dan penuh dengan tradisi dan rasa kekeluargaan.
Namun gonggongan anjing Siberian Huskies dari peternakan di belakang resor terus terdengar. Seakan membuat kami seperti anak kecil yang tak sabar bermain dengan mereka berguling-guling di atas salju.
Dengan tergopoh-gopoh, kami menarik barang bawaan di atas papan seluncur melawan salju yang dalam. Kami buru-buru menuju pondok merah mungil kami. Sebuah totem kayu kecil berada di beranda melambangkan peri hutan pelindung pondok.
Pondok kayu kami tidak terlalu besar tetapi begitu nyaman. Dengan ruang tamu, dapur serta meja makan di pinggir jendela bermata empat mengitari perapian sebelum masuk ke kamar tidur dengan ranjang tingkat dan kamar mandi dengan air panas.
Pondok kami nampak seperti pondok idaman dalam dongeng. Namun sebelum masuk pondok, di depan pintu, mengikuti tradisi, kami harus membersihkan sepatu dari salju. Konon salju yang masuk ke dalam sebuah pondok bisa membawa ketidakharmonisan dalam keluarga.
Awalnya, kegiatan ini cukup praktis dan menyenangkan. Tetapi setelah sekian kalinya dengan salju yang begitu banyaknya, ini bisa menjemukan dan membuat kita sedikit obsesif kompulsif.
Setelah berbenah dan mengenakan pakaian hangat, jaket serta celana ski anti air, kami seperti siap perang bola salju. Agenda pertama hari itu: mengunjungi peternakan Siberian Huskies dan Rusa Kutub.
Balada Rusa Kutub dan Siberian Huskies Ekspress
Snowball menatap mata saya dengan pandangan acuh tak peduli. Matanya hitam bulat seperti kelereng, hidungnya memerah karena dingin. Bulunya seputih salju indah sepadan dengan tanduknya yang epik bercabang meranggas angkasa.
Snowball seperti Rudolph si Rusa Kutub Berhidung Merah. Tetap saja ia tampak bosan pada suatu siang di akhir musim dingin di lingkar kutub utara. Namun dengan patuh bersama dengan peserta hari itu, dia mendengarkan penjelasan sang pengembala mengenai sejarah dan tindak tanduk kaumnya.
Sang penggembala dengan pakaian tradisional Sami menceritakan bagaimana setiap musim semi, lahir sekitar seratus ribu bayi rusa kutub. Mereka akan mulai berjalan dari usia enam hingga dua belas bulan.
Rusa kutub terhitung sebagai hewan liar namun selama ratusan tahun telah dibudidayakan oleh penduduk setempat sebagai sumber ekonomi dan makanan mereka. Rusa kutub diburu dan digembalakan untuk dagingnya yang terkenal, kulitnya untuk pakaian hangat tradisional, dan tanduknya untuk aksesori.
Rusa kutub juga dimanfaatkan untuk sarana transportasi menarik kereta seluncur tradisional seperti halnya anjing Siberian Huskies. Sang penggembala tampak sangat serius menggambar di atas salju dengan jarinya berbagai simbol keluarga pemilik rusa kutub.
Lalu dia mengingatkan kembali untuk menghindari satu rusa kutub dengan tanduk besar meliuk seperti rhizoma yang arogan dan pemberontak. Ia terikat di sebuah pohon di pojokan kerumunan. Dia dianggap masih liar dan nakal karena beberapa kali berusaha kabur dari peternakan.
Kami memandang kembali Snowball muda terikat dengan kereta luncurnya bersama dengan rusa kutub lainnya membentuk semacam carousel. Kendaraan ini yang akan kami naiki berputar di tepi danau.
Sedikit rasa tak nyaman muncul ketika membayangkan bagaimana jika para rusa kutub ini mengerti apa yang manusia sedang bicarakan. Tak jauh dari tempat mereka berdiri, terdapat segunung kulit rusa kutub yang telah dikeringkan.
Siang itu kami mengagumi keanggunan hidup rusa kutub tetapi pada malam berikutnya kami juga akan dengan lahap memakan daging mereka yang lezat. Saya takut Snowball yang lucu akan menanduk saya seperti garpu menusuk semur rusa kutub.
Tetapi rasanya ingin kami memeluk dia begitu mendengar kisah kaumnya yang sudah sangat berjasa bagi manusia. Dengan hormat kami meletakkan tangan kami pada punggungnya dan merasakan kehangatan raga Kutub Utara.
Sebelum bertemu Snowball, kami juga sempat berkeliling menembus hutan dengan kereta luncur yang ditarik oleh kawanan anjing Siberian Huskies. Biasanya pengendara kereta luncur berdiri di atas kedua papan seluncur dengan tali kekangnya di belakang kereta.
Kereta luncur bisa diisi dengan barang atau penumpang sementara sekitar sepuluh anjing berpasangan berbaris di depan menarik kereta. Siberian Huskies terkenal sebagai hewan yang cerdas dan sangat intuitif.
Mereka biasa membantu manusia dalam bernavigasi dan kuat untuk berlari kencang melawan angin dingin dan salju yang dalam. Sosok mereka yang rada kelabu layaknya serigala dengan mata super biru tampak seperti penguasa alam kutub.
Saya dan seorang teman berkesempatan untuk naik bersama dalam satu kereta luncur. Karena bentuknya yang memanjang, kami duduk seperti dalam kano. Pengendaranya hari itu adalah seorang wanita tangguh dengan pakaian tradisional Sami.
Sepuluh anjing Siberian Huskies dengan energi berlebih tampak seperti sulit dikendalikan dan setiap saat ingin segera berlari. Namun dengan strategi yang telah diwariskan dari nenek moyang mereka, kaum Sami mempelajari masing-masing karakter dari anjing Siberian Huskies dan bagaimana melatih mereka.
Posisi barisan Siberian Huskies tergantung pada karakter mereka. Mereka dengan karakter pemimpin dan cerdas bernavigasi biasa ditempatkan di paling depan. Sementara anjing yang hanya senang berlari dan bermain biasanya ditempatkan di belakang sebagai motor.
Tiba-tiba tubuh kami melonjak ke belakang dan kereta meluncur dengan super cepat. Angin kutub dan serpihan salju menabrak muka kami bertubi-tubi. Sang pengendara berteriak tegas memberi instruksi sambil mengontrol tali kekang.
Para Siberian Huskies berlari kegirangan seperti baru pertama kali melihat hamparan salju. Kami ikut berteriak kegirangan bersama mereka meluncur menuju horizon. Hamparan salju, deretan pohon pinus serta langit berubah menjadi garis spektrum putih hijau biru. Kami seperti melebur dengan alam liar kutub. Hiyaaa! Kalau kata para koboi dari Barat.
Kecepatan kereta luncur ini tidak boleh dianggap sepele. Trek khusus di hutan sekitar resor dibuat untuk jalur kereta luncur. Satu kali, saya yang sangat amatir dalam bermain ski, menantang diri untuk meluncur dari sebuah jalur sempit yang menurun di tengah hutan.
Meskipun teman saya telah memperingatkan bahwa jalur ini merupakan trek kereta luncur Siberian Huskies. Tentunya, tanpa sadar saya selalu memilih momen yang tepat untuk saya yang sok jago ini akhirnya terkena batunya juga.
Suara gonggongan anjing dan pengendara kereta luncur mengintai saya dari belakang. Para Siberian Huskies terlalu kencang berlari. Jarak terlalu pendek untuk mengerem seketika tanpa melukai mereka yang kemungkinan bisa saling bertabrakan akibat rantaian ikatan kekang.
Saya baru saja berhenti meluncur dan berusaha bergerak ke samping trek. Saya lupa akan tips ski yang mendasar: jangan berjalan dengan papan seluncur.
Namanya saja papan seluncur, pasti diciptakan untuk meluncur, bukan berjalan. Saya berjalan panik seperti bebek dalam rekaman video yang dilambatkan karena papan luncur yang semakin berat terkena salju yang halus namun dalam.
Saat itu juga teman saya dengan sekuat tenaga mendorong saya ke samping trek. Seperti dalam adegan film komedi kelas B, muka saya langsung tenggelam ke dalam salju beserta seluruh tubuh.
Dalam bayangan saya, yang terlihat di permukaan hanya kedua kaki dengan papan ski menjulang seperti dua sumpit bersilang. Jika dilihat dari satelit, mungkin saya sudah menodai kanvas salju yang bersih dengan tubuh membentuk tanda “X” yang dalam.
Maafkan saya, alam semesta karena saya terlalu manusiawi. Muka saya memerah akibat tamparan salju es yang dingin bercampur rasa malu ketika sang pengendara berusaha memastikan kami baik-baik saja.
Terapi fasial salju memberi pelajaran berharga bagi saya untuk lebih berhati-hati dan mematuhi rambu lalu lintas di Lingkar Arktik. Hanya di sini, Anda berpotensi menjadi korban tabrak lari Siberian Huskies ekspress.  (Imy Ferica dari Helsinki, Finlandia)

0 komentar:

Posting Komentar