Pages

Keripik Belut Jadi Oleh-oleh Desa Wisata Sukunan

Keripik Belut Jadi Oleh-oleh Desa Wisata Sukunan
 

 
www-jogjavaganza.blogspot.com / kampung wisata sukunan, sleman, yogyakarta

 
Kampung Wisata Sukunan di Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengandalkan makanan khas keripik belut sebagai salah satu daya tarik bagi wisatawan. Selain juga menawarkan alam perdesaan yang asri dan bersih.     
"Kami sengaja menyajikan makanan khas yaitu keripik belut kepada para wisatawan yang berkunjung ke kampung ini," kata pengusaha keripik belut Kampung Wisata Sukunan Tri Untari di Sleman.
Menurut dia, keripik belut dijajakan kepada wisatawan yang berkunjung ke kampung wisata ini sebagai oleh-oleh. Selain itu, lanjutnya, keripik belut produksinya juga dipasarkan melalui sejumlah toko maupun pasar tradisional di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta.
"Sebagian keripik belut ini memang untuk dijual ke luar desa, dan dalam sehari kami menyiapkan rata-rata delapan kilogram belut mentah untuk dibuat keripik," katanya.
Ia mengatakan selain memiliki cita rasa yang khas, keripik belut Kampung Wisata Sukunan mengandung protein tinggi. Bahan baku utamanya belut liar dari sawah, bukan belut hasil budi daya dengan asupan makanan kimiawi.
Tri mengatakan pembuatan keripik belut ini cukup mudah, yakni belut yang sudah dipilih dimasukkan ke tempat khusus. Kemudian disiram dengan air mendidih agar mati.
"Kemudian belut direbus selama lima menit untuk menghilangkan lendir, dan meminimalisasi bau tanah yang menempel di tubuh belut," katanya.
Setelah itu, belut dibersihkan dari kotoran yang ada di dalam. Setelah bersih, dicampur dalam adonan tepung dan siap digoreng. Menurut Tri, belut yang sudah dibalut dalam adonan tepung itu harus digoreng dua kali agar hasilnya lebih renyah dan gurih.
"Kalau hanya digoreng satu kali, biasanya justru malah keras, dan biasanya rasanya menjadi tidak enak," katanya.
Sukunan yang berada sekitar lima kilometer dari Tugu Yogyakarta ke arah barat itu, resmi menjadi Kampung Wisata Lingkungan sejak 19 Januari 2009. Sebagai Kampung Wisata Lingkungan, Sukunan menawarkan beragam kegiatan berbasis lingkungan kepada para wisatawan.
Tri menuturkan kegiatan yang biasa disebut "ecotourism" atau wisata lingkungan ini sebenarnya mulai dilakukan sejak 2003. Di tahun itu, Sukunan mulai merintis menjadi kampung berbasis lingkungan. Di Sukunan, sistem pengolahan sampah setempat dilakukan secara mandiri.      
Sistem pengolahan sampah di kampung ini dimulai dari tingkat rumah tangga hingga kelompok warga. Sampah yang diolah itu menghasilkan berbagai macam barang kerajinan serta produk lain dari barang bekas khas Sukunan.
Tri mengatakan warga setempat sudah membiasakan diri mengolah sampah menjadi barang bernilai ekonomi tinggi, bukan membuangnya begitu saja. Maka, tambahnya, kesadaran dan kebiasaan warga Sukunan dalam menjaga lingkungan sekitar tergolong tinggi.
Wisatawan yang mampir ke Sukunan dapat belajar tentang cara mengolah sampah untuk dijadikan barang kerajinan maupun produk lain yang bermanfaat. Selain itu, wisatawan juga bisa menikmati pemandangan khas perdesaan yang masih asri.
Sumber : ANT

0 komentar:

Posting Komentar