Pages

Romantisnya Berlibur ke Pulau "Sampah"

Romantisnya Berlibur ke Pulau "Sampah"
A. Wisnubrata | Senin, 22 Agustus 2011 | 15:51 WIB

 
Catur Guna Yuyun Angkadjaja / Odaiba, Jepang, dilihat dari ketinggian.

 
Catur Guna Yuyun Angkadjaja / Jembatan Pelangi di Odaiba, Jepang.

 
Catur Guna Yuyun Angkadjaja / Aquacity Mall berdampingan dengan Fuji TV di Odaiba, Jepang.

 
Catur Guna Yuyun Angkadjaja / Patung Liberty di Odaiba, Jepang.

Pulau sampah kok romantis? Tapi sungguh saya tidak bohong dengan judul di atas. Berbeda dengan Indonesia yang memiliki banyak pulau namun tak terurus, di Jepang saking kekurangan daratan, dibuatlah pulau yang berfondasikan urukan sampah dan tanah. Hasilnya? Odaiba, sebuah pulau yang sering disebut-sebut sebagai pulau paling romantis dan modern di Jepang.
Riwayat Odaiba
Kawasan Odaiba terletak di Minato-ku, dekat dengan pelabuhan Tokyo. Kira-kira 150 tahun silam, kota ini merupakan benteng pertahanan Jepang dalam menghadapi serangan pasukan asing. Lalu, pada tahun 1930-an, Odaiba mulai ditata dengan aneka taman indah yang terus dipugar sampai saat ini.
Kemudian pada tahun 1980-an, dilakukanlah pembangunan besar-besaran di kawasan ini sehingga menjadi salah satu daerah penting di Jepang. Di sini terdapat pusat bisnis dan wisata. Namun sayang, tahun 1990 terjadi gelembung ekonomi yang mengakibatkan Odaiba ditinggalkan banyak orang dan menjadi kawasan sepi.
Tetapi, bukan Jepang namanya kalau tidak cepat bergerak. Odaiba kembali bergeliat dan lihatlah, Odaiba menjadi salah satu kawasan wisata penting di Jepang. Sebuah wilayah yang disebut-sebut sangat romantis. Bahkan orang Jepang sendiri sangat terobsesi untuk datang ke tempat ini.
Kenapa saya bisa berkata demikian? Karena anak bos dari suami saya sangat terobsesi untuk datang ke wilayah ini. Bos suami saya ini orang Jepang. Ketika saya bercerita baru saja datang ke Odaiba, dia dengan antusias mendengarkan cerita saya. Apa saja yang saya lakukan dan lihat di sana.
Pun dengan teman saya yang tinggal di Jepang, dia berkali-kali datang ke Odaiba tapi tidak pernah bosan. Juga sahabat saya yang menikah dengan orang Jepang, suaminya sampai bela-belain ke Odaiba cuma untuk sahabat saya mengajak makan es krim.
"Inilah tempat paling romantis di Tokyo,” kata suaminya waktu itu.
Kepergian saya sendiri ke Odaiba kali ini adalah berkat kebaikan Teh Ika, sahabat suami saya di Tokyo. Ia rela menyisihkan seharian waktunya untuk menemani saya jalan-jalan. Sementara suami bekerja di kawasan Nishi Koyama, Teh Ika dan saya jalan-jalan, he-he.
Yup, perjalanan dimulai dari Stasiun Kereta Nishi Koyama menuju ke Stasiun Meguro dengan biaya 120 Yen. Keluar kereta dan berganti kereta menuju ke arah Stasiun Simbashi dengan terlebih dahulu beli tiket seharga 160 Yen. Dari Simbashi, kami berganti kereta lagi dengan jalur yang bernama Yurikamone Line dengan tujuan Odaiba, dengan tiket seharga 310 Yen.
Jadi total biaya perjalanan dari Nishi Koyama menuju ke Odaiba adalah 590 Yen sekali jalan. Perjalanan ini sendiri kira-kira memakan waktu 30 menit kali. Oya,Yurikamone Line ini adalah jalur monorail modern. Keretanya tidak punya masinis, semua serba robotik alias komputerisasi. Canggih ya!
Pameran Teknologi
Menurut saya, Odaiba dapat cepat bangkit dari ‘kesepian’ ekonomi adalah karena pemerintah yang bergerak secepat kilat dalam membangun kegiatan wisata di kota ini. Bayangkan, satu wilayah bernama Odaiba ini, bagi saya benar benar laksana sebuah mal super megah super besar dengan atap alam.
Yup, sekali berhenti di kota ini, Anda dan keluarga bisa berpencar sesuka hati memilih lokasi yang disuka masing-masing. Karena tempat ini memang menyediakan berbagai hiburan dan arena belanja bagi tua muda, pria, dan wanita.
Bagi para pria penggemar otomotif, di sini nyaris selalu ada kegiatan pameran. Seperti ketika saya berada di sana, sedang ada pameran sepeda tipe mutakhir. Bannya tipis banget dan plontos bahkan terkesan kaya besi. Sepertinya, harganya mencapai juta juta juta rupiah, he-he. Disebut oleh MC sih, katanya sepeda ini sangat ringan dan cepat. Detailnya tentu saya tak tahu, maklum bahasa Jepang yang sungguh sangat terbatas, he-he.
Pada pameran ini pun, terdapat beberapa atraksi. Seperti atraksi mencoba sepeda atau atraksi mengayuh sepeda. Tenaga kayuhan kita disambungkan pada mesin penggerus es. Para peserta atraksi kemudian boleh menikmati es hasil serutan mereka dengan sirup yang mereka suka. Es Oguro namanya.
Jembatan Pelangi
Jembatan ini adalah penghubung Odaiba dengan daratan Tokyo. Kerennya, pada satu jembatan yang indah ini, terdapat jalan tol, jalur kereta api, jalan biasa, bahkan trotoar bagi pejalan kaki. Lagi-lagi Jepang menciptakan sesuatu yang fantastik. Saking multifungsi dan arsitekturnya yang menawan, jembatan ini juga kemudian menjadi simbol dari Odaiba. Yah, berkat jembatan ini pula, Odaiba menjadi laris manis dikunjungi wisatawan bak kacang goreng.
Ups, kalau ke sini di malam hari, suasana romantisnya makin terbangun saja, he-he. Soalnya ada lampu gemerlap di sepanjang jembatan dan juga ada replika Patung Liberty yang berdiri kokoh. Serasa ada di negeri Paman Sam saja.
Ya, sungguh tak sedikit orang yang rela membuang uang untuk transportasi ke tempat ini, walaupun hanya sekedar untuk menikmati indahnya Jembatan Pelangi ini. Pengelolaan wisata yang luar biasa. Mau mendatangkan wisatawan, ya memang perlu modal yang tak sedikit untuk mempercantik kota. Hasilnya sungguh mencengangkan, urukan sampah bisa menjadi kota wisata yang menawan.
Di sekitar jembatan ini disediakan pula tempat nongkrong. Banyak bangku untuk mereka yang lelah atau ingin ngobrol ngalor-ngidul. Serunya lagi, di sekitar tempat tongkrongan, banyak sekali tanaman-tanaman indah, alias taman buatan yang sangat menyejukkan suasana. Jadi saat nongkrong, bisa menikmati semilir angin dan mencium aroma harum bunga di taman. Lalu sambil memandang indahnya kolaborasi jembatan, perairan yang sering dilewati kapal pesiar wisata dan gendung pencakar langit. Tambahan lagi semua ini gratis dan tenang tanpa berisik suara, "Sayang anak sayang anak .. cuma 5000 rupiah".
Heran, saking beretika di Jepang meski banyak sekali kerumunan orang, tetapi jarang terdengar suara orang berteriak-teriak. Paling hanya sayup terdengar suara tawa anak-anak kecil dan burung berkicau di taman. Super etikanya lagi, tidak ada sampah loh! Bersih! Padahal, tidak ada satpam.
Juga mencari tempat sampah di sekitar sini bukan perkara gampang loh. Lalu ke mana sampah itu dibuang? Ya, orang Jepang memiliki kebiasaan membawa kantong kresek kecil di tasnya. Jadi, tiap habis ngemil atau ngelap keringet pake tisu, sampahnya dimasukkan di kantong kresek tersebut. Kemudian dimasukkan kembali dalam tas mereka dan baru akan dibuang ketika bertemu tong sampah di kombini atau supermarket. Bahkan bisa jadi baru dibuang ketika sampai di rumah.
Televisi Jepang
Bagi para penggemar dunia pertelevisian, di sini juga ada stasiun televisi terkenal Jepang bernama Fuji TV. Yang menghebohkan dari Fuji TV ini adalah desainnya yang modern banget. Dengan bangunan bulat di tengah tengah gedung. Cantik banget!
Tidak hanya terlihat megah tetapi juga saya sampai serasa berada di dalam film Doraemon edisi Millenium. Saya masih SD saat melihat film Doraemon yang menceritakan tentang dunia masa depan dengan gedung-gedung yang unik dan modern. Ternyata sekarang saya melihatnya di Odaiba. Ya, di Odaiba banyak sekali gedung-gedung berbentuk aneh bin modern.
Oya, Fuji TV ini tidak terlalu eksklusif seperti pertelevisian di Indonesia yang pintu masuk dijaga ketat oleh serangkaian satpam. Di sini semua orang, asing, dan penduduk lokal, boleh masuk dan melihat-lihat bagian dalam Fuji TV. Bahkan bisa berfoto-foto seolah sedang berada di studio TV.
Tetapi tentunya tak semua lantai dan semua bagian bisa dimasuki. Ada beberapa lantai dan bagian yang hanya boleh dimasuki oleh mereka pemegang ID Card alias karyawan. Nah, jika beruntung, di area Fuji TV sini, kita akan dapat bertemu dengan artis-artis dan penyiar berita terkenal Jepang.
Telecom Center adalah gedung indah lainnya, selain FujiTV di Odaiba sini. Dengan model yang nyentrik, ternyata gedung ini bukan hanya indah tetapi juga bisa melihat ‘keindahan’ bagian Jepang lainnya. Sayang saya tidak sampai ke sana. Dari atas gedung ini disebut-sebut kita bisa melihat indahnya Tokyo, bahkan juga dengan latar Gunung Fuji yang ciamik. Tentu jika cuaca sedang bagus.
Mal, Petaka Bagi Kantong
Salah satu shopping mall yang saya kunjungi adalah Aquacity Odaiba yang letaknya persis disebelah FujiTV. Um, tetapi kalau ke Jepang jangan kaget yah, yang disebut mal itu adalah bangunan kecil, tidak semewah mal-mal di Jakarta. Bagian dalam mal terdapat beraneka macam fashion yang cakep-cakep. Mulai dari sepatu, baju, tas, dan aksesoris dengan desain cute dan tentunya mode terkini Jepang.
Bagi para wanita penggila jalan, tentunya mal-mal di Jepang, bisa menjadi petaka bagi kantung ha-ha. Karena memang barang-barangnya keren dan asli, tetapi harganya juga keren keren he-he. Jadi kalau mau jalan, minta bimbingan suami saja, biar ada yang ngerem isi dompet, he-he. Oya, di Aquacity sini, juga ada restoran Indonesia bernama Surabaya Restaurant. Masakannya enak
Selain Aquacity, masih banyak mal lainnya. Ada pula mal mahal bergaya eropa, namanya Venus Fort. Hm, disebut-sebut mal ini sangat indah karena benar-benar di desain bak sedang di Eropa. Tetapi keterbatasan waktu membuat saya tidak sempat ke sana. Mal ini buka dari jam 11 siang ampe jam 9 malam.
Taman bermain yang terkenal disini adalah bianglala yang berukuran besar. Dari bianglala super jumbo ini kita bisa melihat Tokyo Bay dan Odaiba secara keseluruhan. Jika berminat, jam bermain bianglala ini buka pada jam 10 pagi sampai 10 malam dan bisa mencapai jam 12 malam jika hari libur. Sekali naik, 15 menit lamanya.
Buat pecinta olah raga bowling, pingpong, dan kegiatan lain seperti karaoke dan sejenisnya, juga ada tempat bernama Leisureland. Saya juga belum ke sini, maklum waktu terbatas. Ternyata tak cukup hanya sehari untuk memutari Odaiba. Tempat lain yang belum saya kunjungi adalah museum maritim dan museum masa depan yang katanya keren banget. Terutama museum masa depannya. Duh, jadi pengen ke sana.
Teakhir, doa saya supaya kelak Indonesia bisa maju dalam bidang wisata seperti Jepang. Indonesia yang indah, seharusnya bisa lebih mendatangkan banyak fulus bagi negara. Sayang, terlalu banyak tempat indah dan berpotensi wisata di Indonesia yang dibiarkan terbengkalai. Bangkit Indonesiaku!  
(Catur Guna Yuyun Angkadjaja)

0 komentar:

Posting Komentar